VIVAnews - Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh Lingkar Survei Indonesia (LSI), hanya 24,8 persen publik yang menilai baik kinerja para politisi muda. Hal ini kemudian berimbas pada minimnya dukungan para politisi muda sebagai calon presiden 2014.
"Para politisi muda saat ini belum mendapatkan apresiasi publik sebagai calon presiden 2014," ujar Peneliti LSI, Adjie Alfaraby di Jakarta, 30 Oktober 2011.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh LSI, Adji mengatakan, para politisi yang berusia di bawah 50 Tahun masih bertengger di Divisi Tiga capres 2014 yang dukungannya di bawah 3 persen. "Mereka adalah Anas Urbaningrum (42 tahun), Puan Maharani (38 tahun), dan Edhie Baskoro (31 tahun)," ujar Adji.
Sedangkan capres divisi dua, dengan dukungan 3-10 persen diisi oleh politisi berusia di atas 50 tahun ke atas. "Ada nama Ani Yudhoyono (59 tahun) dan Wiranto (65 tahun)."
Sementara untuk posisi divisi satu yang dengan dukungan di atas 10 persen justru diisi oleh tokoh tua yang berumur di atas 60 tahun. "Mereka adalah Aburizal Bakrie (65 tahun), Prabowo Subianto (60 tahun), dan Megawati Soekarno Putri (64 tahun)," ujar Adji.
Mandeknya nama politisi muda sebagai calon preseiden pada 2014 nanti, menurut Adji dikarenakan publik belum mengapresiasi mereka sebagai capres muda. "Jam terbang yang dimilik politisi muda masih di bawah politisi senior, dari segi finansial pun, belum ada yang kuat sehingga sulit mandiri untuk dapatkan dukungan publik" ujar Adji.
Adji juga menilai masih tersendatnya nama politisi muda dalam pencalonan presiden 2014 ini dikarenakan adanya budaya patron klien dalam Partai- partai politik. "Ketika ada politisi muda yang gabung partai, dibawa oleh politisi senior, mereka butuh payung politisi senior, jadi karir politisi muda tergantung dari dekat atau tidaknya dengan politisi senior," ujar Adji.
Menurut Adji, budaya seperti inilah yang harus dihilangkan dalam partai politik. "Akhirnya orang muda yang karirnya melejit di politik bukan karena prestasi atau track recordnya, namun karena kedekatan dengan politisi senior," ujar Adji.
Kelebihan kaum muda
Sementara pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lili Romli, menyatakan calon presiden dari kalangan muda harus mampu membuktikan dirinya menghadapi rintangan apabila ingin maju pada capres mendatang.
Hambatan seperti isu korupsi tidak bisa dialamatkan hanya kepada capres muda karena hal itu bersifat general. Dalam arti kaum tua pun bisa tersangkut kasus korupsi.
"Itu menjadi tantangan bagi kalangan muda untuk membuktikan bahwa mereka (koruptor) itu hanya oknum-oknum saja. Sebagian besar pemuda memiliki idealisme yang tinggi," jelas Lili ketika ditemui di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Minggu 30 Oktober 2011.
Beberapa kelebihan kaum muda, lanjutnya, antara lain ialah kaum muda memiliki kemampuan dan energi yang lebih besar. Dan kelebihan itu perlu untuk dimanfaatkan.
"Serta idealisme yang tinggi dan menggebu-gebu bisa diwujudkan dalam program aksi kebijakan-kebijakan yang dirumuskan ketika dia memimpin," terangnya.
Terbukti dari banyaknya politisi, pelaku dunia usaha hingga birokrat yang berasal dari kalangan muda dan berhasil. "Itu salah satu bukti bahwa pemuda mempunyai kemampuan untuk memimpin," imbuhnya. (adi)
• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
0 Response to "LSI: Mengapa Anas, Puan, dan Ibas di Bawah 3%"
Posting Komentar
kasih komentar yah supaya tulisannya lebih bermutu